top of page
Gambar penulisCenter for Indonesian Policy Studies

PPKM Darurat Berpotensi Tingkatkan Jumlah Masyarakat Miskin Indonesia

Diperbarui: 12 Jun 2022



Dear pembaca,


Penyebaran COVID-19 varian delta ke seluruh wilayah Indonesia telah membawa malapetaka. Pemandangan halaman rumah sakit yang disesaki orang-orang yang terbaring dan antrean panjang untuk pengisian tangki oksigen, mengingatkan kita pada gambaran yang datang dari India tiga bulan yang lalu. Jelas, kita sedang melalui masa-masa sulit. Ucapan belasungkawa kini juga sudah menjadi sesuatu yang biasa. Di wilayah terpadat Indonesia, Jawa dan Bali, pemerintah memberlakukan karantina wilayah baru yang lebih ketat. Toko maupun perkantoran yang tidak tergolong sektor esensial harus tutup, karyawan harus bekerja dari rumah, restoran dan kedai kecil hanya boleh menawarkan makanan pesan-antar, serta tahun ajaran baru kembali menggunakan pembelajaran daring. Setelah 18 bulan berlangsungnya pandemi, sumber penghasilan sebagian besar masyarakat menurun dengan drastis atau bahkan hilang sama sekali. Peraturan karantina wilayah terbaru mempersulit orang-orang yang harus tetap bekerja. Bahkan, para pekerja sektor esensial sekalipun, kini membutuhkan izin khusus untuk memasuki Ibu Kota. Peraturan-peraturan baru pun semakin memperburuk keadaan. Di tengah kekacauan ini, Indonesia juga kehilangan statusnya sebagai negara berpendapatan menengah ke atas. Besok adalah perayaan Idul Adha, hari raya terbesar kedua bagi umat Islam ketika hewan ternak dikurbankan dan dagingnya dibagikan kepada orang miskin. Mereka yang sudah menjadi semakin miskin karena pandemi, mungkin berharap akan dapat melengkapi santapannya dengan daging kurban. Akan tetapi, karena pendapatan yang semakin berkurang, orang berkecukupan sekalipun kini harus mempertimbangkan berapa yang mampu mereka sumbangkan. Harapan kecil masyarakat miskin tadi, sayangnya, mungkin tak akan terwujud. Bagaimana kita dapat keluar dari masa-masa sulit ini? Pertama, vaksin adalah kunci untuk mengurangi gejala berbahaya dan risiko kematian akibat Covid-19. Strategi kunci yang dapat dilakukan ialah memperbanyak jenis pasokan vaksin dan mempermudah vaksinasinya, serta melibatkan sektor swasta dalam pelaksanaan upaya tersebut. Mereka perlu diizinkan untuk mendapatkan vaksin dan mendirikan pusat pelaksanaan vaksinasi di daerah yang tak terjangkau pemerintah. Kami sedang melakukan penelitian tentang ini dan berharap untuk segera membagikannya! Kedua, memastikan perdagangan terbuka atas berbagai bahan pokok agar tercipta ketahanan pangan yang lebih baik untuk masyarakat kurang mampu. Menemukan cara-cara menurunkan harga barang dan pangan akan mengurangi beban masyarakat di saat pendapatan semakin berkurang. Sebagai salah satu solusinya, kami mengusulkan agar Indonesia mengadopsi Sistem Perizinan Impor Otomatis. Dalam hal ini, analisis kebijakan perdagangan pangan dalam ringkasan kebijakan respons Covid-19 milik kami dan artikel yang diterbitkan oleh ISEAS - Yusof Ishak Institute juga masih sangat relevan. Kami akan terus berusaha untuk menyebarkan pesan-pesan kami melalui acara-acara virtual dan opini di media nasional. Jika pesan advokasi kami mengena di hati Anda atau bidang organisasi Anda, mari kita saling berhubungan!



Salam Hangat,


Felippa Amanta

Kepala Peneliti

Center for Indonesian Policy Studies


P.S: Jika Anda mengenal seseorang yang tertarik untuk terlibat dengan CIPS dan ingin menerima komentar kami, ajak mereka untuk berlangganan surat kami di sini!





 

#CIPSEvent Yang Akan Datang


 

CIPS dalam Berita



 

Ingin mendapatkan nawala bulanan CIPS serta publikasi dan acara CIPS, segera berlangganan di sini.


Comments


Commenting has been turned off.
bottom of page